Sukses pasti bahagia?


Agaknya tak seorangpun ingin gagal, mengharapkan kegagalan dari apa yang sedang ia usahakan, lakukan, perbuat. Sebaliknya, semua orang ingin sukses. Kuatnya daya sihir dari kata ini telah membuatnya dijadikan sebagai salahsatu tolok-ukur kebahagiaan hidup. Tak sedikit orang, bahkan mungkin tidak ada orang yang tidak beranggapan ‘kalau ia sukses ia pasti bahagia’.

Tapi tunggu dulu. Jangan buru-buru menyimpulkan seperti itu. Mari kita pertanyakan dulu: Apakah kalau kita sukses kita pasti bahagia? Mungkin perlu dirumuskan dulu dengan seksama apa yang kita sebut dengan ‘bahagia’ itu bukan? Kalau hanya senang, agaknya setiap kesuksesan yang dicapai menghadirkan rasa senang di hati. Tapi apakah kita benar-benar bahagia karenanya? Ketika kita merasa berbahagia, kita boleh jadi juga merasa senang, tapi itu tetap tidak berarti kalau ketika kita merasa senang kita juga bahagia bukan?

Belum lagi mengingat sedemikian relatifnya ukuran dari kesuksesan itu sendiri. Seorang petani bisa merasa sedemikian suksesnya ketika panennya tahun ini seperti yang diharapkannya, duakali-lipat dari tahun sebelumnya, walaupun —kalau diuangkan— keuntungan ekonomis yang diperolehnya tidak seberapa. Sebaliknya, seorang investor malah bisa merasa gagal, kendati nilai keuntungannya sepuluh kali-lipat dari dibandingkan keuntungan petani itu untuk beberapa tahun, mengingat perubahan suku-bunga uang di pasar. Banyak lagi sebetulnya contoh-contoh lain buat disebutkan, yang menyatakan betapa relatifnya ukuran kesuksesan itu.

Satu hal lagi dari implikasi kesuksesan adalah timbulnya kemabukan. Kesuksesan bisa sangat memabukkan, bisa membuat orang sedemikian lupa-diri; yang tadinya kelihatan rendah-hati malah bisa jadi sedemikian sombongnya, yang tadinya patuh bisa tiba-tiba jadi pembangkang, yang tadinya teliti bisa jadi amat ceroboh, dan banyak lagi implikasi-implikasi kemabukan lainnya.

Kesuksesan di bidang non-materi —seperti pengaruh, popularitas, posisi di masyarakat, citra-diri dan sebagainya— masih mungkin dibeli, tapi .... kebahagiaan tidak. Makanya, sukses belum tentu bahagia, namun yang berbahagialah yang sebetulnya orang sukses; dan itu tak dimungkinkan tanpa kehadiran kasih-sayang nan penuh kedamaian di hati.