Cahaya Bagi Diri Sendiri



Bilamana Anda adalah cahaya bagi diri Anda sendiri,
maka Anda adalah cahaya bagi dunia,
karena dunia adalah Anda,
dan Anda adalah dunia. ~  J. Krishnamurti.

‘Menjadi cahaya bagi diri sendiri’ sungguh frasa yang teramat indah —baik buat didengar maupun untuk sekedar diperdengarkan. Yang menjadi cahaya bagi dirinya sendiri, sesuluhbagi dirinya sendiri, tak lagi butuh cahaya lain dalam menjalani kehidupannya —baik kehidupan jasmaniahnya maupun rokhaniahnya. Oleh karena, ia akan melenggang bebas, sementara tetap dalam terang, tetap dalam jalurnya. Bisakah Anda bayangkan seperti apa ini?

Sementara, kita tahu, agama-agama dan ajaran-ajaran masih eksis hingga saat ini lantaran manusia masih membutuhkannya, lantaran mereka ‘membawa cahaya’, ‘membawa terang’. Mereka dibutuhkan sebagai pembimbing umat manusia dalam menjalani kehidupannya.

Nah ... sekarang, mari kita berandai-andai. Bagaimana halnya dengan yang telah ‘menjadi cahaya bagi dirinya sendiri’? Apakah arti agama atau ajaran baginya? Masihkah ia membutuhkan ‘terang’ dari agama-agama atau ajaran-ajaran manapun, seperti sebelumnya? Bila tidak, bagaimana kira-kira ia akan bersikap tehadap agama-agama atau ajaran-ajaran itu? Akankah ia mencibir mereka? Akankah ia akan menertawai mereka? Atau, akankah ia malah mempromosikan —baik secara implisit maupun eksplisit, baik terang-terangan maupun sembunyi-sembunyi— ajaran atau agama baru’-nya dan mengklaim diri sebagai seorang ‘nabi-nya’? Ataukah ia malah mengasingkan diri, menjauh dari semua hiruk-pikuk serta kepelikan dari apa yang dianggap relijius oleh kebanyakan orang selama ini ?

Yang tampak jelas adalah, seperti apapun beliau menyikapi semua itu, bisa dipastikan itu demi kebaikan dunia dan segenap makhluk penghuninya.