Dasar Tak Tahu Diri !!!


Kita mendambakan kedamaian,
tapi sudahkah kita membukakan pintu hati kita baginya?
Kita mendambakan keharmonisan,
tapi sudahkah kita membukakan pintu hati kita baginya?
Kita mendambakan pencerahan,
tapi sudahkah kita membukakan pintu hati kita baginya?

Inilah sebetulnya beberapa pertanyaan seorang pendamba. Kita umumnya mengharapkan segala sesuatunya datang dari luar, apakah itu berupa anugerah atau kita yang kita sebut dengan rejeki. Pada sisi lain, kita tidak pernah berusaha secara sadar ke arah itu; tidak pernah mengkondisikan agar itu bisa terjadi. Di benak kita, mungkin kita memilih untuk menjadi pengemis saja, asal menikmati kesejahteraan yang sama dengan seorang direktur sebuah perusahaan multi-nasional, kalau ‘profesi’ sebagai pengemis itu tidak dipandang hina di masyarakat.

Bila dikatakan demikian, besar kemungkinannya Anda akan menolak. Anda dengan sengit akan mengatakan, “Tidak...saya tidak berjiwa pengemis.“ Ya...begitulah...bukan saja berjiwa pengemis, kita juga tidak jujur dan tidak mau mengakui kekurangan-diri, tidak mau bermawas-diri, malah sebaliknya selalu mengapusi diri sendiri, sampai-sampai tak mengenali diri lagi, sampai-sampai tak tahu-diri.

Jadi, bilamana ada yang kemudian mengumpat sebagai “Dasar tak tahu-diri...”, sebetulnya kita tak perlu protes, apalagi berang. Sepantasnyalah kita berterimakasih kepada orang yang telah mengingatkan kita itu. Mampukah kita berbuat demikian? Siapkah kita menjadi manusia tahu-diri?