
Kebanyakan dari kita superfisial, dangkal, punya sedemikian banyak kepedihan dan kebodohan sebagai bagian dari ‘nasib’ kita. Sekali lagi, ini bukan membesar-besarkan, bukan asumsi, akan tetapi suatu fakta aktual dari eksistensi kita sehari-hari. Kita bodoh akan diri kita sendiri dan di dalamnyalah terdapat kepedihan besar. Kebodohan itulah yang mengembang-biakkan setiap bentuk ketakhyulan, ia menghidupkan terus-menerus ketakutan, melahirkan harapan dan keputus-asaan, disamping semua temuan-temuan dan teori-teori dari pikiran cerdik.
Makanya, kebodohan tak hanya membiakkan kesengsaraan, akan tetapi juga membawa serta kebingungan yang dahsyat di dalam dirinya sendiri.