Kata-kata adalah doa



Kata-kata yang kita ucapkan, diucapkan keluar ataupun sekedar dalam hati, memiliki pengaruh yang luar biasa. Baik kepada diri sendiri, maupun kepada orang lain.

Percobaan Sederhana :

Isi kedua gelas dengan nasi yang kita makan sehari-hari. Nasinya diambil dari tempat yang sama, diisi di gelas yang kering dalam jumlah yang kira-kira sama, dan ditutup dengan plastik wrapper tipis dari gulungan yang sama. Untuk memastikan tidak ada udara keluar masuk, di bagian bawahnya diberi selotip. Kemudian dibiarkan selama 2 minggu.

Di gelas sebelah kiri, di beri stiker bertulisan "Jelek, Bodoh, Jahat."

Di gelas sebelah kanan, di beri stiker bertulisan "Cantik, Pintar, Baik."

Meski diletakkan berdampingan, selama 2 minggu perlakukan kedua gelas itu dengan berbeda. Setiap pagi dan malam, ambil gelas di sebelah kiri dan katakan, "Kamu jelek, bodoh, jahat! Saya tidak suka sama kamu!" disertai intensitas emosi yang memadai sebisa mungkin.

Kepada gelas yang di sebelah kanan, katakan, "Halo cantik. Kamu cantik, pintar dan baik deh. Terima kasih ya..." disertai intensitas emosi gembira dan bersyukur.

Setelah 2 minggu, tentu saja keduanya berjamur. Tapi jamur di gelas kiri berwarna kehitaman dan berbau tidak sedap. Jamur di gelas sebelah kanan cenderung berwarna putih dan tidak berbau. Menarik kan?....

Sebuah penelitian di Jepang juga membuktikan bahwa pikiran, kata-kata, ide dan musik akan mempengaruhi struktur molekul air.

Adalah Dr. Masaru Emoto dari Universitas Yokohama yang dengan tekun melakukan penelitian tentang perilaku air. Air murni dari mata air di Pulau Honshu didoakan secara agama Shinto, lalu didinginkan sampai -50 C di laboratorium, lantas difoto dengan mikroskop elektron dengan kamera kecepatan tinggi. Ternyata molekul air membentuk kristal segi enam yang indah. Percobaan diulangi dengan membacakan kata, “Arigato (terima kasih dalam bahasa Jepang)” di depan botol air tadi. Kristal kembali membentuk sangat indah. Lalu dicoba dengan menghadapkan tulisan huruf Jepang, “Arigato”. Kristal membentuk dengan keindahan yang sama. Selanjutnya ditunjukkan kata “setan”, kristal berbentuk buruk. Diputarkan musik Symphony Mozart, kristal muncul berbentuk bunga. Ketika musik heavy metal diperdengarkan, kristal hancur.

Ketika 500 orang berkonsentrasi memusatkan pesan “peace” di depan sebotol air, kristal air tadi mengembang bercabang-cabang dengan indahnya. Dan ketika dicoba dibacakan doa Islam, kristal bersegi enam dengan lima cabang daun muncul berkilauan. Dr. Emoto akhirnya berkeliling dunia melakukan percobaan dengan air di Swiss, Berlin , Prancis, Palestina, dan ia kemudian diundang ke Markas Besar PBB di New York untuk mempresentasikan temuannya pada bulan Maret 2005 lalu. Ternyata air bisa “mendengar” kata-kata, bisa “membaca” tulisan, dan bisa “mengerti” pesan. Dalam bukunya The Hidden Message in Water, Dr. Masaru Emoto menguraikan bahwa air bersifat bisa merekam pesan, seperti pita magnetik atau compact disk.

Semakin kuat konsentrasi pemberi pesan, semakin dalam pesan tercetak di air. Air bisa mentransfer pesan tadi melalui molekul air yang lain. Barangkali temuan ini bisa menjelaskan, kenapa air putih yang didoakan bisa menyembuhkan si sakit. Dulu ini kita anggap musyrik, atau paling sedikit kita anggap sekadar sugesti, tetapi ternyata molekul air itu menangkap pesan doa kesembuhan, menyimpannya, lalu vibrasinya merambat kepada molekul air lain yang ada di tubuh si sakit.

Tubuh manusia memang 75% terdiri atas air. Otak 74,5% air. Darah 82% air. Tulang yang keras pun mengandung 22% air. Air putih galon di rumah, bisa setiap hari didoakan dengan khusyu kepada Tuhan, agar anak yang meminumnya sehat, dan cerdas, dan agar pasangan yang meminum tetap setia...hehe. Air tadi akan berproses di tubuh meneruskan pesan kepada air di otak dan pembuluh darah. Dengan izin Tuhan, pesan tadi akan dilaksanakan tubuh tanpa kita sadari. Bila air minum di suatu kota didoakan dengan serius untuk kebaikan, mungkin semua penduduk yang meminumnya akan menjadi baik dan tidak beringas. Pantaslah air zamzam begitu berkhasiat karena dia menyimpan pesan doa jutaan manusia selama ribuan tahun sejak Nabi Ibrahim.

Apa pesan dari alam yang dapat kita petik dari sini? Tentu saja banyak. Tapi disini saya ingin fokus pada satu hal saja: KEKUATAN KATA-KATA, kata-kata yang kita tujukan ke diri sendiri maupun kepada orang lain.

Sebagian orang sering menggunakan kata-kata negatif kepada diri sendiri. "Saya tidak bisa", "Saya tidak sepintar dia", "Saya tidak berbakat", dsb.

Apa pula jadinya bila kita mengatakan pada anak kita, "Kok begitu saja tidak bisa?", "Kamu kok tidak sepandai dia?", "Dasar pemalas!", "Anak nakal!" dsb.

Air adalah sumber kehidupan. Karena itu, kualitas air sangatlah penting bagi makhluk hidup. Apa jadinya bila kita terus menerus menggunakan kata-kata negatif, kepada diri kita maupun kepada orang-orang yang kita cintai?

Berbaiklah kepada diri Anda dan orang-orang yang Anda cintai. Caranya: Berhentilah menggunakan kata-kata negatif. Gunakan kata-kata positif. Daripada mengatakan, "Saya tidak bisa", lebih baik kita mengatakan "Saya memang belum bisa. Tapi saya akan belajar sampai bisa!".

Daripada mengatakan kepada anak "Kok begitu saja tidak bisa?", lebih baik kita katakan, "Anak pintar, coba kita kerjakan sama-sama PR kamu." Kemudian kita duduk bersama mengerjakan hal-hal yang ingin dihindarinya. Dengan begitu, kita akan tahu dimana letak kelebihan dan kelemahannya, dan kita dapat memberi arahan yang lebih baik untuk anak kita.

Daripada mengatakan kepada sales team Anda, "Apa masalah yang kamu hadapi dalam pencapaian target tahun ini?", lebih baik mengatakan, "Apa tantangan yang kamu hadapi...". Bukankah suasananya terasa lain begitu kita memilih menggunakan kata-kata yang lebih positif?

Ingat! Stop menggunakan kata-kata negatif. Saya yakin Anda dapat melakukannya.