Love Illusion

Ada sebuah cerita....
Seekor monyet berteman dengan seekor ikan di suatu hutan. Suatu ketika si monyet melihat banjir akan melanda hutan tersebut. Si monyet karena rasa cintanya kepada temannya tersebut kemudian buru-buru mengangkat ikan temannya tersebut keatas pohon yang pikirnya akan menyelamatkan sang ikan dari banjir. Tetapi, ketika sang monyet melihat sang ikan hampir mati karena tidak bisa bernafas di atas pohon kemudian ia melepaskan ikan tersebut kembali kedalam air. Sang monyet minta maaf dan baru sadar bahwa dia terlalu sangat ingin membantu temannya hingga ia lupa bahwa sang ikan temannya tersebut mempunyai jenis kehidupan yang berbeda darinya.

-------****--------

Begitu sering kita mendengar atau mengucapkan kata cinta, tapi tahukah kita makna dari kata cinta yang sering kita dengarkan dan ucapkan tersebut?

"Love is when you are not" begitu krishnamurti menyebutkannya; Seperti cerita monyet dan ikan diatas, ketika kita mencintai seseorang, terapkan cinta tersebut berdasarkan keadaan yang kita cintai, bukan berdasarkan keadaan kita sendiri. Oleh karena itulah, maka disebut bahwa tindakan tanpa pamrih adalah realisasi dari cinta tulus kita.

Begitu juga, ketika kita dalam cinta yang tulus, kita bisa melihat kebaikan dan keindahan dalam segala hal dari yang kita cintai. Dan ketika kita dalam cinta, kita memberikan hanya yang terbaik yang bisa kita berikan kepada yang kita cintai.

Tetapi walaupun cinta berkaitan dengan sisi dari yang kita cintai, cinta harus dimulai dari diri kita sendiri. Bangkitkanlah cinta dalam diri kita sendiri terlebih dahulu, kemudian kembangkan kekuatan untuk menyerap cinta yang tulus dari "langit", sehingga kita memiliki kekuatan untuk menyerap cinta yang tulus dari "bumi".

Penuhilah dan berkelimpahanlah diri kita dalam cinta. Hanya dengan diri berkelimpahan dalam cintalah maka kita kemudian bisa berbagi cinta yang tulus kepada sesama dalam makna cinta tulus yang sesungguhnya.

Penuhilah dan berkelimpahanlah diri kita dalam cinta. Hanya dengan diri berkelimpahan dalam cintalah maka kita dengan demikian dapat menerima realitas dunia apa adanya.

Dan ketika kita membagi cinta tersebut, mulailah dari kepedulian terhadap yang kita cintai, memprosesnya berdasarkan kebenaran, kasih terhadap sesama, dan martabat kemanusiaan, dan kemudian mengejewantahkan cinta tersebut dalam suatu tindakan cinta yang didasarkan kepada keharuan dan keibaan terhadap yang kita cintai.

Dan karena keharuan dan keibaan tersebut adalah energi spiritualitas (chi) tertinggi dalam spiritualitas Tao, energi yang hanya diajarkan untuk diakses oleh orang awam dalam bentuk pelajaran berdoa kepada Tuhan, maka, ketika kita mencintai dengan tulus, sebenarnya kita juga telah terhubung ke illahi (Wu Chi – Tao).

Dan ketika kita mencintai dengan tulus, sebenarnya kita juga telah "bersatu" dengan yang kita cintai, sehingga "aku melihat diriku dalam dirimu, dan melihat dirimu dalam diriku" (`tat tvam asi'), sehingga kita tidak akan melakukan perbuatan kepada orang lain, suatu perbuatan yang tidak ingin dilakukan oleh orang lain kepada diri kita sendiri.

Oleh karena itulah, dengan mulianya cinta tersebut, maka Dalai Lama menyebut bahwa agamanya adalah cinta kasih, dan para spiritualis diajarkan untuk selalu dalam kondisi "unconditional love".

Dan bagi kita, dengan mulianya cinta tersebut, mulai sekarang ini – saat ini - disini, marilah kita belajar mencintai dengan tulus. Karena ketika kita mencintai dengan tulus, kita akan dapat membawa kebaikan dan manfaat kepada sesama, kehidupan, dan dunia. Dan ketika kita mencintai dengan tulus, kita sebenarnya telah terhubung kepada illahi dan telah dapat mengakses energi spiritualitas (chi) tertinggi.