Listen More, Speak Less !!!

Kita tak akan bisa belajar dari setiap orang apabila kita selalu merasa lebih tahu dari mereka. Pembelajaran-diri ini juga ibarat membuat kolam penampung air. Semakin rendah ia dibuat dibandingkan daerah sekitarnya, semakin banyak air akan mengalir ke dalamnya.

Untuk bertanya saja misalnya, ternyata membutuhkan kesiapan mental dan kerendahan-hati secukupnya. Kecuali hanya untuk mengujinya, Anda tak akan pernah mau bertanya kepada orang yang Anda anggap sama pengetahuannya dengan Anda, apalagi bila Anda anggap lebih rendah. Padahal, bisa saja ia mengetahui sesuatu yang samasekali tak pernah Anda ketahui sebelumnya, sejauh setiap orang punya pengalamannya masing-masing.

Kerendahan-hati atau kesediaan untuk merendah dan mendengar di dalam pembelajaran-diri memegang peranan penting. Terlebih lagi bilamana ia berhubungan dengan pengembangan-batin. Sebaliknya, sikap sok tahu dan suka menggurui, sama sekali tidak kondusif bagi pembelajaran-diri ini. Yang seperti ini akan lebih suka memperdengarkan ketimbang mendengar; lebih cenderung menggurui ketimbang berguru dan akan merasa hina untuk bertanya. Ada keangkuhan intelektual disini. Inilah sebabnya mengapa yang seperti ini akan sangat sulit memperluas wawasannya dan mengembangkan batinnya; sebaliknya, ia hanya akan berkubang dari itu ke itu saja.

Oleh karenanyalah harus dikikis dulu dan digantikan dengan kerendahan-hati, sebelum Anda benar-benar bisa belajar dari setiap orang, dari segala sesuatu, dari segala fenomena dan kejadian dalam hidup ini.

Suka menyepelekan merupakan penyakit lain yang paling mengganggu proses pembelajaran-diri. Ia berkerabat dekat dengan kecerobohan-mental. Manakala Anda menyepelekan sesuatu atau seseorang, maka Anda akan mengabaikannya begitu saja. Disana juga hadir sikap mental yang memandang rendah di satu sisi, sementara merasa lebih tinggi dan lebih superior, di sisi lainnya. Inilah yang menyebabkan lepasnya perhatian Anda terhadapnya.

Anda tidak akan memperhatikan sesuatu yang Anda anggap sepele bukan? Batin yang suka menyepelekan adalah batin ceroboh, batin yang tanpa perhatian. Padahal, batin hanya mampu belajar dengan baik bilamana ia penuh perhatian, sangat awas, menyelidik, kritis dan peka terhadap setiap kejadian dan segala sesuatu di sekitarnya. Batin seperti inilah yang akan mudah mengembang dengan pesat hingga batas-batas yang tiada terukur.