Stop Radikalisme !!!

Ini menarik, kenapa mayoritas masyarakat Indonesia yang beragama islam seolah 'membiarkan' tindakan radikalisme yang ada.

Ada satu hal mendasar yang perlu kita mengerti bersama. Karakter agama islam sebenarnya agak berbeda dengan agama lain pada umumnya. Penyebaran agama islam tidak memiliki institusi formal keagamaan,berkembang secara kultural.

Mesjid juga bukanlah tempat formal, melainkan hanya sarana melakukan ibadah bagi siapa saja yang menganut agama islam. Itupun tidak mutlak harus dilakukan didalam gedung yang berbentuk mesjid, tempat apa saja bisa dijadikan sebagai tempat sembahyang, bahkan ditanah lapang, sayangnya tidak digereja,pura atau vihara...hehe...

Imam yang berada disuatu mesjid, lebih berfungsi sebagai orang yang memimpin sembahyang berjemaah. Siapa saja boleh menjadi imam, tanpa harus ada persyaratan tertentu kecuali yang mengerti menjalankan syariat sembahyang berjemaah tersebut tentunya.

Karena itu semisal ada artist yang mulai tua dan tobat, tiba tiba bisa saja menjadi kiai kondang berkat media masa. Selama bisa berkhotbah, hafal ayat ayat Quran, suara agak sengau sedikit, ditambah jenggot dan jubah dll, maka ia bisa saja menyandang gelar ulama, kiai dll.

Hal ini dimungkinkan karena pertama apapun alirannya kitab yang dipakai hanya satu yaitu kitab Al Quran. Kedua, dogma yang turun temurun diajarkan juga selalu sama. Ketiga, untuk menjadi penganut islampun tidak diperlukan prosesi yang formal, cukup dengan membaca
syahadat maka seseorang sudah bisa disebut penganut agama islam. Dan ini berlaku diseluruh dunia, sehingga inilah yang membentuk umat islam itu bersatu. Perbedaan adanya aliran dan mazhab didalam islam lebih kepada perbedaan menafsirkan hadist-hadist, riwayat nabi dan para
sahabat nabi Muhammad.

Para sepuh pendiri pesantren akan dianggap sebagai ulama dipesantrennya. Ulama ini bukanlah diangkat oleh suatu dewan formal yang bisa mengatasnamakan semua pemeluk agama islam. Tapi orang yang diluar pesantren juga tetap bisa menganggap orang itu sebagai ulama, selama menurut dia orang tersebut memang sesuai menjadi ulama.

Rhoma Irama si anak ngeband dangdut akan lebih cepat terkenal sebagai ustadz ketimbang si Miun guru ngaji di desa Kauman...hehe...

MUI bukanlah ulama ulama yang bisa dikatakan mewakili umat islam, itu dibentuk lebih demi kepentingan politik dijaman Orde Barunya Soeharto.

Apa yang bisa kita tarik dari sini, adalah, sebenarnya penganut agama islam itu lebih menganut pola demokrasi, individu-individunyalah yang menjadikan orang orang tertentu sebagai ulama, kiai lebih bersifat bottom up, bukan sebaliknya.

Contohnya, Paus adalah pimpinan resmi gereja Katolik Roma. Dia berhak mengatas namakan semua umat Katolik diseluruh dunia. Bagi yang tidak setuju mereka bisa dikeluarkan dari gereja.

Didalam islam, si Bejo yang beragama islam seandainya dia menjadi teroris, sayangnya dia tidak akan bisa dikeluarkan dari mesjid atau dikeluarkan dari islam. Lha ndak ada yang punya hak untuk itu kok,disinilah duduk perkara yang seharusnya dimengerti oleh kita bersama.

Bahkan penganut islam sendiri ada juga yang tidak mengerti hal ini. Sehingga bila menjawab pertanyaan tentang radikalisme yg terjadi oleh islam, mereka cenderung defensif menjawab ngalor ngidul.

Jadi kalau melihat penganut agama islam secara umumnya, haruslah dilihat secara individu. Ulama yang berteriak teriak di khotbah Jumat, tidaklah menyuarakan jemaat yang ada.

Setiap individu yang kharismatik, dan mampu menarik simpatisan maka dia bisa menjadi kiai. Sekarang tergantung bagaimana karakter kiai yang bersangkutan mempengaruhi masanya. Bila ia kiai yang baik maka ademlah masanya, bila ia kiai yang radikal maka jadi radikallah masanya.

Jadi disini jawabannya. Adakah komunitas islam berada dibawah satu pimpinan formal? tidak ada. Yang ada adalah pemeluk agama islam yang memegang kitab dan dogma yang sama, itu saja.

Dari sisi positifnya, pola inilah yang menyebabkan penyebaran agama islam itu pesat. Karena metodanya lebih baku dan seragam. Dari sisi negatifnya, sangat mudah dipengaruhi oleh masing-masing individu yang dianggap sebagai pemimpin dikelompoknya. Tapi tidak mudah untuk seia sekata secara masal, karena itulah ada opini seolah mayoritas pemeluk islam 'membiarkan' adanya radikalisme.

Damailah negeriku,damailah Bangsaku... Piss Man...!!