Sesekali, jika kita bercermin, pandanglah wajah yang terpantul di dalamnya. Wajah siapakah itu? Wajah itukah yang sesungguhnya kita harapkan ada di dalamnya? Wajah kitakah? Atau wajah orang-orang lain yang kita inginkan sama dengan kita? Puaskah kita dengan wajah yang itu? Adakah raut kekesalan dan kekecewaan saat kita memandang wajah itu?
Ya, sesekali jika kita bercermin, cobalah menengok jauh ke dalam tabir yang menutupi wajah itu. Mampukah kita membelah tabir diri yang selalu menutupi segala perbuatan dan kehidupan kita ini? Sebab sesungguhnya, kita selalu hidup dalam dua dunia yang berbeda. Dunia yang kita hidupi. Dan dunia yang dikenali oleh orang-orang lain terhadap kita. Rahasia. Kita semua menyimpan rahasia diri dalam tabir wajah kita. Rahasia, yang sebagai tabir tebal tak mampu dan bahkan tak ingin kita koyakkan. Karena itu akan membuat kita risih dan merasa telanjang. Tetapi seberapa mampukah kita membuka tabir diri kita sendiri dan melepaskan segala beban kepura-puraan yang menutupi hidup kita ini?
Memang, betapa banyaknya beban diri yang kita tanggung hanya karena ketidak-beranian kita untuk membuka hidup kita bagi orang lain. Kita malu dan enggan untuk dikenali secara utuh. Kita ingin sembunyi dalam topengkebahagiaan. Padahal, siapakah yang dapat bahagia selain dari mereka yang mampu hidup tanpa beban untuk menutupi segala kepura-puraannya sendiri? Siapakah yang selalu dapat bertindak leluasa tanpa rasa takut bahwa topengnya akan terbuka? Siapakah itu?
Sesekali, jika kita bercermin, kenalilah wajah yang terpantul di dalamnya. Kenalilah dia seutuhnya. Koyakkanlah tabir yang menutupi seulas senyum yang kita buat telah mengoyakkan segala topeng-topeng tebal yang telah menutupi kehidupan kita. Mari kita sama - sama belajar melihat cermin diri yang benar tentang diri kita, tentang siapa diri kita tentang topeng yang kita pakai, Mulai lah bercermin dan sadari segala kelemahan diri untuk mencapai sebuah kekuatan diri kita yang hakiki.