Alam tidak kejam pun tidak baik. Namun Alam bekerja dalam kuhum yang pasti. Alam hanya membantu agar benih-benih itu bertumbuh. Alam memberi nutrisi untuk mengungkap sifat-sifat tanaman itu. Benih Tebu yang memiliki sifat manis, oleh karenanya tanaman itu tak bisa lain kecuali manis. Dan Neem yang memiliki sifat pahit, oleh karenanya tanaman itu tak bisa lain kecuali pahit. Sebagaimana benihnya demikian pula buahnya.
Si Petani karena kepercayaannya, pergi ke pohon Neem, memberi persembahan bunga-bunga, buah-buahan, lilin dan dupa, seraya membungkuk 3X dan mengelilingi pohon Neem itu 108X, sambil berdo’a dan mengucap mantra. “Oh dewa Neem, berilah aku buah mangga yang manis!!! Aku ingin mangga yang manis.” Kasihan dewa Neem yang malang itu, dia tak punya kuasa untuk memberikan buah mangga yang manis.
Apabila seseorang ingin buah mangga yang manis, dia mesti menanam benih mangga yang manis, sehingga dia tak perlu menangis memohon kepada dewa yang manapun.
Kenapa kita sangat sulit melihat realita dalam hidup ini? Hal ini sangat bersahaja bukan? Barangkali karena kebodohan saya, yang selalu sembrono dalam menanam benih. Saya selalu menanam benih Neem dan pada saat berbuah, saya menginginkan buah yang manis, dan itu tak terjadi. Maka itu saya menangis dan memohon kepada langit. Permohonan yang bodoh ini tak’an pernah memberi saya buah yang manis, bukan?