Kupu-Kupu Gendut

Dunia adalah bejana suci,Ia tidak boleh disalahgunakan,

Barangsiapa menyalahgunakan akan menghancurkannya.

Barangsiapa mendambakan akan kehilangan.


Ada sebuah kisah yang sangat membekas dalam benak saya, yaitu kisah tentang seekor kupu-kupu yang gendut. Begini kisahnya: Terdapatlah seekor ulat muda yang sangat ambisius… setelah membaca dari berbagai buku tahulah ulat muda itu, bahwa tujuan hidupnya adalah menjadi seekor kupu-kupu yang cantik. Dia begitu terkesima dengan rencana alam yang disediakan untuknya. Maka ia pun bertekad untuk menjadi kupu-kupu yang paling besar di antara teman-temannya. Maka mulailah ia menyiksa dirinya: ia tak henti-hentinya makan. Ketika teman-temannya asyik bermain atau istirahat, ulat muda yang ambisius ini makan tak habis-habisnya…. Dengan harapan agar tubuhnya makin gendut… agar dia menjadi yang paling hebat di antara semua temannya. Makan bukan lagi sebuah kesenangan atau keasyikan baginya, tapi sebuah kerja-keras, upaya mati-matian demi mencapai ambisinya. Maka terjadilah seperti apa yang ia bayangkan: tubuhnya makin hari makin bertambah gendut. Dan padasaat tiba musim kepompong, ulat muda inipun menjadi kepompong seperti ulat-ulat yang lain. Namun sunggguh ironis, ketika kepompongnya pecah dan ia menjelma menjadi seekor kupu-kupu… tubuhnya terlalu gendut sehingga kupu-kupu malang itu tidak bisa terbang.

Kadang kita pun sama bodohnya dengan ulat muda itu. Dalam mengejar tujuan kita, suatu tujuan yang kita anggap serius dan sangat berharga, kita justru kehilangan segalanya. Katakanlah seorang anak muda yang menyiksa dirinya belajar dan bekerja terlalu keras, sehingga melupakan sukacita di masa muda, dengan harapan akan menjadi seorang yang kaya-raya di kemudian hari… dan ketika tiba masa tuanya, dia meraih apa yang ia dambakan: uang yang banyak, harta yang melimpah…. Namun dia tua dan sakit-sakitan dan seluruh kekayaannnya hanya habis untuk berobat ke luar negeri. Ia kehilangan masa mudanya yang berharga.

Orang lain mungkin punya tujuan untuk masuk surga… dan karena tujuan menjadi begitu penting maka berlaku hukum makin cepat sampai kepada tujuan, makin baik. Maka ada beberapa orang yang melakukan aksi bom bunuh diri dengan harapan agar segera tercapai apa yang menjadi tujuan hidupnya: yaitu masuk surga.

Tapi apakah sesungguhnya tujuan yang begitu penting dalam hidup ini? Benarkah ada tujuan semacam itu di dalam penciptaan semesta ini? Apakah sesungguhnya makna hidup ini? Dalam tradisi Hindu dikatakan bahwa Dewata menciptakan dunia karena lila, yang dalam bahasa Sansekerta berarti bermain. Penciptaan adalah sebuah suka cita, sebuah kesenangan dan perayaan besar! Menurut saya itulah maknanya yang hakiki. Jika kita melupakan hal itu, kita kehilangan segalanya. Dan bukankah alam semesta juga menyiratkan hal yang serupa: untuk apakah rumput bergoyang? Untuk apakah ombak berdebur di pantai? Atau burung berkicau? Adakah sesuatu yang ‘sangat serius’ yang akan menjadi tujuan akhirnya? Ombak di pantai selamanya akan tetap berdebur… tak akan ada hasil akhirnya. Namun bukankah seringkali kita begitu merindukan untuk duduk di tepi pantai dan menikmati deburannya? Dalam kesederhanaan yang begitu agung, kita menemukan makna penciptaan yang paling mendalam.

Dan omong-omong, bukankah malaikat dapat terbang karena ia begitu ringan?