Menjadi Apa Adanya

Untuk menjadi apa adanya Anda merupakan urusan yang luarbiasa sulit; jika Anda benar-benar bangun, Anda tahu semua hal ini berikut semua dukacitanya. Makanyalah Anda membenamkan diri Anda dalam kerja, dalam kepercayaan Anda, dalam cita-cita fantastis dan meditasi-meditasi Anda. Dengan begitu Anda jadi tua dan siap untuk dikubur, bila Anda belum mati di dalam.

Guna menyisihkan semua ini —berikut kontradiksi-kontradiksinya serta dukacitanya yang terus meningkat itu dan menjadi ‘bukan apa-apa’ [nothing] — merupakan hal yang paling alamiah dan paling cerdas, untuk diperbuat. Tapi sebelum Anda bisa menjadi ‘bukan apa-apa’, Anda harus menggali dan memunculkan mereka semua ke permukaan; Anda harus membongkarnya, dan dengan demikian Anda memahaminya. Guna memahami paksaan-paksaan dan desakan-desakan tersembunyi ini, Anda harus awas tanpa pilih-bulu terhadapnya, sama halnya dengan terhadap kematian; kemudian, di dalam tindakan murni menyaksikan ini, mereka akan meredup dan Andapun akan tanpa dukacita dan dengan demikian jadi ‘bukan apa-apa’.

Jadi ‘bukan apa-apa’ bukanlah suatu keadaan negatif; penyangkalan terhadap apa Anda selama ini sendiri merupakan tindakan paling positif, tapi bukan reaksi positif yang adalah kelembaman [inaction]; kelembaman inilah yang menyebabkan dukacita. Penyangkalan-diri adalah kebebasan. Aksi positif ini memberi enerji, dimana sekedar gagasan-gagasan saja malah menguras enerji. Gagasan adalah waktu; dan hidup di dalam waktu adalah disintegrasi, adalah kesengsaraan.